Thanks For a Perfect Night
Thanks for a perfect night,
mungkin itulah yang tepat untuk ku ucapkan saat ini. hari ini 24 desember 2011
aku mendapat banyak kenangan indah. Mulai dari perjalanan ke pringsewu sampai
di gisting. Sehabis magrib aku awali perjalanan ke Goa Maria yang berada di
pajaresuk, pringsewu. Mencoba untuk mendekatkan diri kembali dengan Bunda
Maria. Aku sadar bahwa aku sudah sangat jauh darinya, entah mengapa ketika
berada di sana aku merasa sangat amat hina. Hanya kepada Bunda aku dapat
bercerita lepas tanpa ada sesuatu yang harus aku tutupi. Ketika sampai di
hadapan Bunda, jantungku berdebar kencang dan perasaan ku begitu ”diam”.
Sejenak aku bercerita tentang apa yang terjadi di hidupku dan memohon untuk
memberiku jalan yang benar. Semoga saja jawaban atas segala doaku di jawab oleh
Nya. Karena hanya pada Nya aku dapat memohon, hanya Dia yang tidak banyak
berkomentar ketika aku meminta atau pada saat aku mencurahkan isi hatiku. Yang
ku tau perasaan dan batinku menjadi tenang sesudah aku berziarah ke tempat itu.
Selanjutnya saat aku mengikuti
misa malam natal di gereja pringsewu ditemani seorang yang cukup berarti dalam
hidup. Si*** nama anak itu, namun bukan Si*** yang pertama aku kenal tapi Si***
yang lain. Aku sadar ada begitu banyak Si*** lain di dunia ini, jadi kenapa aku
masih menunggu Si*** yang aku sendiri tidak tau bagaimana atau sedang apakah
dia. Walau di temani olehnya namun sebelum masuk ke ibadah, aku sudah
menyerahkan hidupku secara penuh untuk menjadi milik Tuhan Yesus walaupun hanya
pada saat berada di dalam gereja. Entah ada apa dengan diriku saat itu, yang
aku tau hanya aku begitu takut hingga tak terasa keringatku keluar dengan
sendirinya. Emang sih pada saat berada di dalam rasanya puanas, tu karena ga
ada udara atau Ac atau kipas angin sekalipun. Tapi aku tau bukan karena itu aku
berkeringat, namun karena ada hal lain yang tidak ku mengerti. Entah apa itu
atau mungkin hanya ilusi belaka. Terasa asik waktu mengikuti misa malam ini,
tak terasa sedikitpun rasa ngantuk seperti yang biasanya aku rasakan saat
mengikuti misa. Mungkikn karena aku sudah tidak pernah ke gereja sejak semester
satu. Mungkin memang Tuhan sudah menginginkan aku untuk kembali kepadaNya
secara utuh. Seandainya kemauan dan semangatku selalu seperti ini, mungkin aku
akan sangat bersyukur, namun seperti kata pepatah lama “Pikiran kita sama
dengan perasut, hanya terbuka ketika di perlukan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar